Balon sebagai sarana menghadapi konsekuensi bencana alam

Ternyata balon, yang dirancang oleh umat manusia pada akhir abad XVIII, hari ini mengalami kelahiran kembali. Mungkinkah saudara Montgolfier menyarankan bahwa penemuan mereka akan terbang selama berabad-abad dan membawa manfaat yang tak tergantikan kepada manusia. Ini bukan tentang pariwisata rekreasi atau kompetisi aeronautika, tetapi tentang komunikasi yang tidak terputus yang dapat dibangun oleh pesawat tua ini.

Ternyata balon itu sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah komunikasi dan Internet dengan cepat. Badai tropis baru-baru ini Irma dan Maria telah melakukan banyak masalah di Karibia. Jadi, misalnya, hampir di seluruh Puerto Riko masih belum ada koneksi. Ini membuat mustahil untuk sepenuhnya membantu orang; langkah-langkah untuk menghilangkan konsekuensi dari badai sangat lambat dan menghadapi banyak masalah. Insinyur Google telah mengusulkan penempatan beberapa balon di stratosfer di atas wilayah Puerto Riko, yang sebenarnya di bawah kendali Amerika Serikat. Bola-bola ini, tidak seperti rekan-rekan mereka yang terbang dengan memanaskan udara dengan nyala api kompor, ada di papan mereka satu set panel surya. Terletak di atas tingkat gugusan awan utama, pada ketinggian lebih dari 15 kilometer, balon tersebut menerima energi matahari hampir sepanjang hari. Bola ini juga dilengkapi dengan peralatan telekomunikasi dan sistem navigasi.

Sistem beberapa bola stratosfer mampu menyediakan Internet gratis untuk semua orang yang memiliki gadget dengan modul nirkabel dan, pada kenyataannya, menggantikan banyak stasiun bumi yang gagal. Meskipun satu stasiun pangkalan masih dibutuhkan. Menurut penyelenggara proyek, setiap balon mampu memberikan komunikasi tanpa gangguan dengan sebidang permukaan bumi dengan diameter 40 kilometer. Dalam kondisi kehancuran yang dahsyat, balon stratosfer ternyata menjadi satu-satunya cara yang mampu menyediakan komunikasi dalam waktu sesingkat mungkin, yang berarti pekerjaan penuh untuk menghilangkan bencana alam.

Proyek serupa telah diuji di wilayah Peru, yang mengalami banjir dan tanah longsor yang parah pada awal tahun ini. Sebelumnya, metode transfer data yang serupa telah berhasil menempatkan dirinya di Selandia Baru, Indonesia dan Brasil. Gagasan hebat ini hanya memiliki satu kelemahan: kebutuhan untuk bernegosiasi. Jaringan telekomunikasi lokal enggan membiarkan raksasa seperti Google memasuki wilayah mereka. Dan dalam kasus-kasus seperti itu, keterlambatan kematian serupa, dalam arti kata sebenarnya. Orang hanya bisa berharap bahwa kehati-hatian dan humanisme akan setidaknya sampai batas tertentu menang atas kepentingan dagang.

Tonton videonya: The Third Industrial Revolution: A Radical New Sharing Economy (Mungkin 2024).

Tinggalkan Komentar Anda